Laporan Uji Tarik ( Metalurgi Fisik )
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
dunia Engineering, seringkali kita dihadapkan pada istilah-istilah teknik
seperti : tegangan tarik, tegangan geser, tegangan ijin, regangan, modulus
elastisitas, dll yang kesemuanya itu merupakan sifat-sifat mekanik dari
material (dalam hal ini baja). Bagi
seorang ahli ilmu teknik (engineer), cara untuk mengetahui sifat-sifat mekanik
dari suatu material sudah lumrah diketahui namun tidak demikian dengan para
mahasiswa teknik (apalagi yang masih di awal perkuliahan).
Tujuan
pengujian mekanik suatu logam, yakni dengan percobaan-percobaan yang dilakukan
terhadap suatu logam adalah untuk mendapatkan data-data yang dapat menunjukan
sifat-sifat mekanik logam tersebut. Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui
sifat-sifat mekanik dan perubahan-perubahannya dari suatu logam terhadap
pembebanan tarik. Pengujian ini umumnya diperuntukan bagi pengujian beban-beban
statik….
(Okasatria
Novyanto, 2009:1)
Untuk
men-design suatu sistem mekanis,
sifat-sifat mekanik dari suatu acuan yang harus disertakan dalam pemilihan
material serta penggambaran kemampuan sistem mekanis yang di-design. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya pengujian tarik untuk diketahui baik praktis maupun teoretis.
I. 2. Tujuan
Tujuan dari
pelaksanaan praktikum pengujian tarik yaitu :
1. Memahami fenomena kekuatan tarik material.
2. Mengetahui
sifat mekanik pada baja ST 42: Yield point bahan uji, Modulus elastis bahan, Besarnya kekuatan tarik maksimum (UTS)
3. Mengetahui
cara penggunaan mesin pengujian tarik
4. Mengetahui
grafik tegangan-regangan dari material yang diuji
I. 3. Manfaat
Manfaat-manfaat yang
dapat diambil dari praktikum pengujian tarik adalah:
1.
Praktikan dapat lebih
memahami pengujian tarik.
2.
Praktikan dapat memahami
sifat-sifat mekanik dari
baja ST 42.
3.
Data-data yang telah
diperoleh dapat dimanfaatkan untuk menjadi acuan pemanfaatan baja ST 42 dalam design
BAB
II
LANDASAN
TEORI
II. 1.
Perilaku Mekanik Material
Pengujian
tarik yang dilakukan pada suatu material padatan (logam dan nonlogam) dapat
memberikan keterangan yang relatif lengkap mengenai perilaku material tersebut
terhadap pembebanan mekanis. Informasi penting yang bisa didapat adalah:
a.
Batas
proporsionalitas (proportionality limit)
Merupakan daerah batas dimana tegangan dan
regangan mempunyai hubungan proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap
penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara proporsional
dalam hubungan linier Ļ = E Īµ (bandingkan dengan hubungan y
= mx; dimana y mewakili tegangan; x mewakili
regangan dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekakuan).
Titik P pada Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan batas proporsionalitas dari
kurva tegangan-regangan
Gambar
1.1.
Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat baja ulet
a.
Batas elastis (elastic
limit)
Daerah elastis adalah daerah dimana
bahan akan kembali kepada panjang semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah
proporsionalitas merupakan bahagian dari batas elastik ini. Selanjutnya bila
bahan terus diberikan tegangan (deformasi dari luar) maka batas elastis akan
terlampaui pada akhirnya sehingga bahan tidak akan kembali kepada ukuran
semula. Dengan kata lain dapat didefinisikan bahwa batas elastis merupakan
suatu titik dimana tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya
deformasi permanen (plastis) pertama kalinya. Kebanyakan material teknik
memiliki batas elastis yang hampir berimpitan dengan batas proporsionalitasnya.
b.
Titik luluh (yield
point) dan kekuatan luluh (yield strength)
Titik ini merupakan suatu batas
dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban.
Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh
ini disebut tegangan luluh (yield stress). Titik luluh ditunjukkan oleh
titik Y pada Gambar 1.1 di atas. Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh
logam-logam ulet dengan struktur Kristal BCC dan FCC yang membentuk
interstitial solid solution dari atom-atom carbon, boron, hidrogen dan oksigen.
Interaksi antara dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti
mild steel menunjukkan titik luluh bawah (lower yield point) dan titik
luluh atas (upper yield point). Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang
yang getas umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk
menentukan kekuatan luluh material seperti ini maka digunakan suatu metode yang
dikenal sebagai Metode Offset. Dengan metode ini kekuatan luluh
(yield strength) ditentukan sebagai tegangan dimana bahan memperlihatkan
batas penyimpangan/deviasi tertentu dari proporsionalitas tegangan dan regangan
. Pada Gambar 1.2 di bawah ini garis offset OX ditarik paralel dengan OP,
sehingga perpotongan XW dan kurva tegangan-regangan memberikan titik Y sebagai
kekuatan luluh. Umumnya garis offset OX diambil 0.1 – 0.2% dari regangan total
dimulai dari titik O.
Gambar 1.2. Kurva
tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat dari bahan getas
Kekuatan
luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan
deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan
pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau puntiran. Di sisi lain,
batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam
proses manufaktur produk-produk logam seperti proses rolling, drawing,
stretching dan sebagainya. Dapat
dikatakan bahwa titik luluh adalah suatu tingkat tegangan yang:
•
Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service)
•
Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process)
a.
Kekuatan tarik maksimum (ultimate
tensile strength)
Merupakan tegangan maksiumum yang dapat ditanggung
oleh material sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan
tarik maksimum Ļ uts ditentukan dari beban maksium Fmaks dibagi
luas penampang awal Ao.
Pada bahan ulet tegangan maksimum ini ditunjukkan oleh
titik M (Gambar 1.1) danselanjutnya bahan akan terus berdeformasi hingga titik
B. Bahan yang bersifat getas memberikan perilaku yang berbeda dimana tegangan
maksimum sekaligus tegangan perpatahan (titik B pada Gambar 1.2). Dalam
kaitannya dengan penggunaan structural maupun dalam proses forming bahan,
kekuatan maksimum adalah batas tegangan yang sama sekali tidak boleh
dilewati.
b.
Kekuatan Putus (breaking
strength)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada
saat benda uji putus (Fbreaking) dengan luas penampang awal Ao.
Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M terlampaui dan bahan
terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking)
sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet
kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan maksimum sementara pada
bahan getas kekuatan putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya.
c.
Keuletan (ductility)
Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan
kemampuan logam menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini ,
dalam beberapa tingkatan, harus dimilikioleh bahan bila ingin dibentuk (forming)
melalui proses rolling, bending, stretching, drawing,hammering,
cutting dan sebagainya. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran
keuletan bahan yaitu:
Persentase perpanjangan (elongation)
Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah
perpatahan terhadap panjang awalnya.
Elongasi, Īµ
(%) = [(Lf-Lo)/Lo] x 100% (1.2)
dimana Lf adalah panjang akhir dan Lo panjang
awal dari benda uji.
Persentase
pengurangan/reduksi penampang (Area Reduction)
Diukur sebagai pengurangan luas penampang
(cross-section) setelah perpatahan terhadap luas penampang awalnya.Reduksi
penampang, R (%) = [(Ao-Af)/Ao] x 100% (1.3)
dimana Af adalah luas penampang akhir dan Ao
luas penampang awal.
d.
Modulus elastisitas (E)
Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan
ukuran kekakuan suatu material. Semakin besar harga modulus ini maka semakin
kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu,
atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku (stiff). Pada grafik
tegangan-regangan (Gambar 1.1 dan 1.2), modulus kekakuan tersebut dapat
dihitung dari slope kemiringan garis elastis yang linier, diberikan oleh:
E = Ļ/Īµ
atau E = tan Ī± (1.4)
dimana Ī± adalah sudut yang dibentuk oleh daerah
elastis kurva tegangan-regangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan
oleh energi ikat antar atom-atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak
dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan. Sebagai contoh
diberikan oleh Gambar 1.3 di bawah ini yang menunjukkan grafik
tegangan-regangan beberapa jenisGambar 1.2. Kurva
tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat dari bahan getas
Kekuatan
luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan
deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan
pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau puntiran. Di sisi lain,
batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam
proses manufaktur produk-produk logam seperti proses rolling, drawing,
stretching dan sebagainya. Dapat
dikatakan bahwa titik luluh adalah suatu tingkat tegangan yang:
•
Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service)
•
Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process)
a.
Kekuatan tarik maksimum (ultimate
tensile strength)
Merupakan tegangan maksiumum yang dapat ditanggung
oleh material sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan
tarik maksimum Ļ uts ditentukan dari beban maksium Fmaks dibagi
luas penampang awal Ao.
Pada bahan ulet tegangan maksimum ini ditunjukkan oleh
titik M (Gambar 1.1) danselanjutnya bahan akan terus berdeformasi hingga titik
B. Bahan yang bersifat getas memberikan perilaku yang berbeda dimana tegangan
maksimum sekaligus tegangan perpatahan (titik B pada Gambar 1.2). Dalam
kaitannya dengan penggunaan structural maupun dalam proses forming bahan,
kekuatan maksimum adalah batas tegangan yang sama sekali tidak boleh
dilewati.
b.
Kekuatan Putus (breaking
strength)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada
saat benda uji putus (Fbreaking) dengan luas penampang awal Ao.
Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M terlampaui dan bahan
terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking)
sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet
kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan maksimum sementara pada
bahan getas kekuatan putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya.
c.
Keuletan (ductility)
Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan
kemampuan logam menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini ,
dalam beberapa tingkatan, harus dimilikioleh bahan bila ingin dibentuk (forming)
melalui proses rolling, bending, stretching, drawing,hammering,
cutting dan sebagainya. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran
keuletan bahan yaitu:
Persentase perpanjangan (elongation)
Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah
perpatahan terhadap panjang awalnya.
Elongasi, Īµ
(%) = [(Lf-Lo)/Lo] x 100% (1.2)
dimana Lf adalah panjang akhir dan Lo panjang
awal dari benda uji.
Persentase
pengurangan/reduksi penampang (Area Reduction)
Diukur sebagai pengurangan luas penampang
(cross-section) setelah perpatahan terhadap luas penampang awalnya.Reduksi
penampang, R (%) = [(Ao-Af)/Ao] x 100% (1.3)
dimana Af adalah luas penampang akhir dan Ao
luas penampang awal.
d.
Modulus elastisitas (E)
Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan
ukuran kekakuan suatu material. Semakin besar harga modulus ini maka semakin
kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu,
atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku (stiff). Pada grafik
tegangan-regangan (Gambar 1.1 dan 1.2), modulus kekakuan tersebut dapat
dihitung dari slope kemiringan garis elastis yang linier, diberikan oleh:
E = Ļ/Īµ
atau E = tan Ī± (1.4)
dimana Ī± adalah sudut yang dibentuk oleh daerah
elastis kurva tegangan-regangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan
oleh energi ikat antar atom-atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak
dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan. Sebagai contoh
diberikan oleh Gambar 1.3 di bawah ini yang menunjukkan grafik
tegangan-regangan beberapa jenis
Gambar 1.3. Grafik
tegangan-regangan beberapa baja yang memperlihatkan kesamaan modulus kekakuan
a.
Modulus kelentingan (modulus
of resilience)
Mewakili kemampuan material untuk menyerap energi dari
luar tanpa terjadinya kerusakan. Nilai modulus dapat diperoleh dari luas
segitiga yang dibentuk oleh area elastik diagram tegangan-regangan pada
Gambar 1.1.
b.
Modulus ketangguhan (modulus of toughness)
Merupakan kemampuan material dalam menyerap energi
hingga terjadinya perpatahan.Secara kuantitatif dapat ditentukan dari luas area
keseluruhan di bawah kurva tegangan-regangan hasil pengujian tarik seperti
Gambar 1.1. Pertimbangan disain yang mengikutsertakan modulus ketangguhan
menjadi sangat penting untuk komponen-komponen yang mungkin mengalami
pembebanan berlebih secara tidak disengaja. Material dengan modulus ketangguhan
yang tinggi akan mengalami distorsi yang besar karena pembebanan berlebih,
tetapi hal ini tetap disukai dibandingkan material dengan modulus yang rendah
dimana perpatahan akan terjadi tanpa suatu peringatan terlebih dahulu.
c.
Kurva tegangan-regangan
rekayasa dan sesungguhnya
Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas
dimensi awal (luas area dan panjang) daribenda uji, sementara untuk mendapatkan
kurva tegangan-regangan sesungguhnya diperlukanluas area dan panjang aktual
pada saat pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan keduakurva tidaklah
terlampau besar pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan padarentang
terjadinya pengerasan regangan (strain hardening), yaitu setelah titik
luluhterlampaui. Secara khusus perbedaan menjadi demikian besar di dalam daerah
necking. Padakurva tegangan-regangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji
secara aktual mampumenahan turunnya beban karena luas area awal Ao bernilai
konstan pada saat penghitungantegangan Ļ = P/Ao. Sementara pada kurva
tegangan-regangan sesungguhnya luas area aktual adalah selalu turun hingga
terjadinya perpatahan dan benda uji mampu menahan peningkatantegangan karena Ļ =
P/A. Gambar 1.4 di bawah ini memperlihatkan contoh kedua
kurvategangan-regangan tersebut pada baja karbon rendah (mild steel).
Gambar 1.4. Perbandingan
antara kurva tegangan-regangan rekayasa dan sesungguhnyadari baja karbon rendah
(mild steel).
II. 2.
Mode Perpatahan Material
Sampel
hasil pengujian tarik dapat menunjukkan beberapa tampilan perpatahan
sepertidiilustrasikan oleh Gambar 1.5 di bawah ini:
Perpatahan
ulet memberikan karakteristk berserabut (fibrous) dan gelap (dull),
sementaraperpatahan getas ditandai dengan permukaan patahan yang berbutir (granular)
dan terang.Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena bahan ulet umumnya
lebih tangguh danmemberikan peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya
kerusakan. Pengamatan kedua tampilan perpatahan itu dapat dilakukan baik dengan
mata telanjangmaupun dengan bantuan stereoscan macroscope. Pengamatan
lebih detil dimungkinkandengan penggunaan SEM (Scanning Electron Microscope).
a. Perpatahan
Ulet
Gambar 1.6 di bawah ini memberikan ilustrasi skematis
terjadinya perpatahan ulet pada suatuspesimen yang diberikan pembebanan tarik:
Gambar 1.6 . Tahapan
terjadinya perpatahan uletpada sampel uji tarik: (a) Penyempitan awal;(b)
Pembentukan rongga-rongga kecil (cavity);(c) Penyatuan rongga-rongga membentuk
suaturetakan; (d) Perambatan retak; (e) Perpatahangeser akhir pada sudut 45°(a)
(b) (c)(d) (e)
Tampilan foto SEM dari perpatahan ulet diberikan oleh
Gambar 1.7 berikut:
Gambar 1.7. Tampilan
permukaan patahan dari suatu sampel logam yang ditandai dengan lubang-lubang
dimpel sebagai suatu hasil proses penyatuan rongga-rongga kecil(cavity) selama
pembebanan berlangsung.
b. Perpatahan
Getas
Perpatahan getas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak
ada atau sedikit sekali deformasi plastis yang terjadi pada material
2. Retak/perpatahan
merambat sepanjang bidang-bidang kristalin membelah atom-atommaterial (transgranular).
3. Pada
material lunak dengan butir kasar (coarse-grain) maka dapat dilihat pola-pola
yangdinamakan chevrons or fan-like pattern yang berkembang keluar
dari daerah awalkegagalan.
4. Material
keras dengan butir halus (fine-grain) tidak memiliki pola-pola yang
mudahdibedakan.
5. Material
amorphous (seperti gelas) memiliki permukaan patahan yang bercahaya danmulus.
BAB
III
METODE
PENGUJIAN
III.
1. Prosedur pengujian
1.
Bahan uji dibersihkan dari
oksidasi atau kotoran lainnya.
2. Mengukur
bahan uji yaitu panajng dan diametr awal.
3. Menyetel
mesin uji tarik pada posisi 0 kg dan pertambahan beban
4. Memasang
bahan uji pada ragum dan mengunci dengan kuat.
5. Memulai
penarikan dengan menekan tombol serta mengaktifkan mesin pencetak data atau
grafik.
6. Mencatat
setiap perubahan beban dan panjang sampai bahan patah.
7. Jika
sudah patah mesin dimatikan dan bahan dilepas, kemudian mencatat panjang dan
diameter akhir.
III.
2. Alat-alat dan bahan yang
digunakan
1. Mesin
uji tarik universal dengan perlengkapan
standart.
- Jangka
sorong.
3. Alat-alat
tulis untuk mencatat data.
4. Spesimen
uji (Baja ST 42)
III.
3. Data hasil percobaan
Data
specimen sebelum dan sesudah pengujian dilakukan adalah sebagai berikut:
Diameter
mula-mula (Do)
|
= 8,1 mm
|
Panjang
mula-mula (Lo)
|
= 80 mm
|
Diameter
akhir (D1)
|
= 4,75 mm
|
Panjang
akhir (L1)
|
= 96,5 mm
|
Data pembebanan serta pertambahan panjang spesimen
adalah sebagai berikut:
No.
|
ĪL(mm)
|
P(Kg)
|
No.
|
ĪL(mm)
|
P(Kg)
|
No.
|
ĪL(mm)
|
P(Kg)
|
1
|
0
|
510
|
57
|
5,6
|
2822
|
113
|
11,2
|
3298
|
2
|
0,1
|
597
|
58
|
5,7
|
2900
|
114
|
11,3
|
3300
|
3
|
0,2
|
630
|
59
|
5,8
|
2916
|
115
|
11,4
|
3302
|
4
|
0,3
|
690
|
60
|
5,9
|
2930
|
116
|
11,5
|
3304
|
5
|
0,4
|
744
|
61
|
6
|
2944
|
117
|
11,6
|
3306
|
6
|
0,5
|
722
|
62
|
6,1
|
2960
|
118
|
11,7
|
3308
|
7
|
0,6
|
808
|
63
|
6,2
|
2974
|
119
|
11,8
|
3308
|
8
|
0,7
|
896
|
64
|
6,3
|
2986
|
120
|
11,9
|
3310
|
9
|
0,8
|
980
|
65
|
6,4
|
3000
|
121
|
12
|
3310
|
10
|
0,9
|
1070
|
66
|
6,5
|
3012
|
122
|
12,1
|
3312
|
11
|
1
|
1164
|
67
|
6,6
|
3026
|
123
|
12,2
|
3312
|
12
|
1,1
|
1245
|
68
|
6,7
|
3038
|
124
|
12,3
|
3312
|
13
|
1,2
|
1322
|
69
|
6,8
|
3050
|
125
|
12,4
|
3312
|
14
|
1,3
|
1412
|
70
|
6,9
|
3058
|
126
|
12,5
|
3312
|
15
|
1,4
|
1506
|
71
|
7
|
3070
|
127
|
12,6
|
3312
|
16
|
1,5
|
1596
|
72
|
7,1
|
3080
|
128
|
12,7
|
3310
|
17
|
1,6
|
1692
|
73
|
7,2
|
3090
|
129
|
12,8
|
3310
|
18
|
1,7
|
1782
|
74
|
7,3
|
3098
|
130
|
12,9
|
3308
|
19
|
1,8
|
1890
|
75
|
7,4
|
3108
|
131
|
13
|
3304
|
20
|
1,9
|
1992
|
76
|
7,5
|
3116
|
132
|
13,1
|
3300
|
21
|
2
|
2102
|
77
|
7,6
|
3126
|
133
|
13,2
|
3296
|
22
|
2,1
|
2198
|
78
|
7,7
|
3136
|
134
|
13,3
|
3290
|
23
|
2,2
|
2208
|
79
|
7,8
|
3140
|
135
|
13,4
|
3286
|
24
|
2,3
|
2302
|
80
|
7,9
|
3150
|
136
|
13,5
|
3278
|
25
|
2,4
|
2394
|
81
|
8
|
3158
|
137
|
13,6
|
3268
|
26
|
2,5
|
2502
|
82
|
8,1
|
3166
|
138
|
13,7
|
3260
|
27
|
2,6
|
2602
|
83
|
8,2
|
3170
|
139
|
13,8
|
3248
|
28
|
2,7
|
2498
|
84
|
8,3
|
3178
|
140
|
13,9
|
3236
|
29
|
2,8
|
2488
|
85
|
8,4
|
3184
|
141
|
14
|
3222
|
30
|
2,9
|
2510
|
86
|
8,5
|
3190
|
142
|
14,1
|
3208
|
31
|
3
|
2498
|
87
|
8,6
|
3196
|
143
|
14,2
|
3194
|
32
|
3,1
|
2530
|
88
|
8,7
|
3202
|
144
|
14,3
|
3178
|
33
|
3,2
|
2544
|
89
|
8,8
|
3208
|
145
|
14,4
|
3160
|
34
|
3,3
|
2554
|
90
|
8,9
|
3214
|
146
|
14,5
|
3140
|
35
|
3,4
|
2568
|
91
|
9
|
3220
|
147
|
14,6
|
3120
|
36
|
3,5
|
2598
|
92
|
9,1
|
3226
|
148
|
14,7
|
3098
|
37
|
3,6
|
2590
|
93
|
9,2
|
3220
|
149
|
14,8
|
3076
|
38
|
3,7
|
2608
|
94
|
9,3
|
3236
|
150
|
14,9
|
3056
|
39
|
3,8
|
2622
|
95
|
9,4
|
3242
|
151
|
15
|
3026
|
40
|
3,9
|
2642
|
96
|
9,5
|
3246
|
152
|
15,1
|
2999
|
41
|
4
|
2660
|
97
|
9,6
|
3250
|
153
|
15,2
|
2970
|
42
|
4,1
|
2664
|
98
|
9,7
|
3256
|
154
|
15,3
|
2944
|
43
|
4,2
|
2638
|
99
|
9,8
|
3260
|
155
|
15,4
|
2912
|
44
|
4,3
|
2660
|
100
|
9,9
|
3264
|
156
|
15,5
|
2882
|
45
|
4,4
|
2670
|
101
|
10
|
3268
|
157
|
15,6
|
2844
|
46
|
4,5
|
2708
|
102
|
10,1
|
3272
|
158
|
15,7
|
2810
|
47
|
4,6
|
2730
|
103
|
10,2
|
3276
|
159
|
15,8
|
2770
|
48
|
4,7
|
2750
|
104
|
10,3
|
3280
|
160
|
15,9
|
2728
|
49
|
4,8
|
2772
|
105
|
10,4
|
3282
|
161
|
16
|
2686
|
50
|
4,9
|
2792
|
106
|
10,5
|
3284
|
162
|
16,1
|
2640
|
51
|
5
|
2810
|
107
|
10,6
|
3286
|
163
|
16,2
|
2592
|
52
|
5,1
|
2830
|
108
|
10,7
|
3288
|
164
|
16,3
|
2540
|
53
|
5,2
|
2848
|
109
|
10,8
|
3290
|
165
|
16,4
|
2476
|
54
|
5,3
|
2866
|
110
|
10,9
|
3292
|
166
|
16,5
|
2462
|
55
|
5,4
|
2848
|
111
|
11
|
3294
|
|||
56
|
5,5
|
2866
|
112
|
11,1
|
3296
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
VI. 1.
Pengolahan
data
Persamaan-persamaan yang digunakan pada
pengolahan data berikut adalah:
a. Pertambahan
panjang (ĪL)
ĪL = L i-L0[mm]
Dimana:
Li = panjang
ke-I [mm]
L0 = panjang mula-mula
Dimana:
D0 = diameter
awal [mm]
Df = diameter
akhir [mm]
c. Tegangan
(Ļ)
Dimana:
P = beban [kg]
d. Regangan
(Īµ)
e. Modulus
Elastisitas (E)
E = Ļ/Īµ
atau E = tan Ī±
Hasil pengolahan data
akan ditabelkan sebagai berikut:
No.
|
Lo(mm)
|
Li(mm)
|
ĪL
|
Ao(mm^2)
|
P(Kg)
|
Ļ(kg/mm^2)
|
Īµ(%)
|
E(kg/mm^2)
|
1
|
80
|
80,0
|
0,0
|
51,53
|
510
|
9,897
|
0,000
|
~
|
2
|
80
|
80,0
|
0,0
|
51,53
|
597
|
11,585
|
0,000
|
~
|
3
|
80
|
80,1
|
0,1
|
51,53
|
630
|
12,226
|
0,125
|
97,807
|
4
|
80
|
80,2
|
0,2
|
51,53
|
690
|
13,390
|
0,250
|
53,561
|
5
|
80
|
80,3
|
0,3
|
51,53
|
744
|
14,438
|
0,375
|
38,502
|
6
|
80
|
80,4
|
0,4
|
51,53
|
722
|
14,011
|
0,500
|
28,023
|
7
|
80
|
80,5
|
0,5
|
51,53
|
808
|
15,680
|
0,625
|
25,088
|
8
|
80
|
80,6
|
0,6
|
51,53
|
896
|
17,388
|
0,750
|
23,184
|
9
|
80
|
80,7
|
0,7
|
51,53
|
980
|
19,018
|
0,875
|
21,735
|
10
|
80
|
80,8
|
0,8
|
51,53
|
1070
|
20,765
|
1,000
|
20,765
|
11
|
80
|
80,9
|
0,9
|
51,53
|
1164
|
22,589
|
1,125
|
20,079
|
==> Grafik
Pada
pembebanan daerah nol sampai mencapai tegangan ±15 kg/mm2 terjadi
peningkatan regangan tanpa penambahan beban yang berarti. Kemudian dari
tegangan ±15 kg/mm2 hingga
proporsional limit, grafik merupakan garis yang mendekati lurus.Daerah
ini disebut daerah elastic atau daerah proporsional limit. Kecenderungan garis pada tegangan di bawah
±15 kg/mm2 yang memiliki gradient kemiringan yang lebih kecil
daripada daerah proporsional limit dikarenakan terjadinya slip saat pembebanan
awal. Pada daerah proporsional limit ini, apabila besarnya pembebanan di bawah
rentangan proporsional limit maka benda uji hanya mengalami deformasi
elastis. Jadi jika gaya itu ditiadakan maka benda uji akan masih dapat kembali
ke panjang mula-mula. Elastic limit merupakan batas antara deformasi
elastik dan deformasi plastik. Bila besarnya pembebanan melampau elastik limit
ini maka grafik yang terbentuk ini merupakan garis lengkung. Karena antara nol
hingga proporsional limitmerupakan garis lurus, maka berlaku hubungan
Tegangan dibagi dengan Regangan sama dengan Konstant, sama dengan Modulus
Elastisitas (Young Modulus).
Apabila
tegangan sudah mencapai titik Yields Stress maka benda uji sudah mulai
nampak adanya pengecilan penampang. Dan ternyata pula pada titik tersebut benda
uji mengalami pertambahan panjang dengan sendirinya walaupun besarnya beban
tidak ditambah. Yields Stress dapat juga disebut dengan Yeild Point
(Batas Lumer). Tetapi pada umumnya banyak logam yang tidak memiliki titik atau
batas lumer yang jelas, terutama pada logam-logam yang rapuh. Pada diagram
Tegangan-Regangan dari jenis logam tersebut titik lumer ditentukan dari harga
tegangan dimana benda uji dari logam tersebut memperoleh perpanjangan
(pertambahan panjang) permanen sebesar 0,2% dari panjang mula-mula. Tegangan
ini biasanya dimanakan “Tegangan Net 0,2” dan merupakan dasar untuk menentukan Yield
Stress.
Apabila
pembebanan sudah mencapai titik Ultimate Stress (Batas Patah) maka
tegangan ini merupakan tegangan tarik maksimum yang mampu ditahan oleh benda
uji tersebut. Pada titik tersebut, benda uji sudah menunjukan gejala-gejala
patah berupa retakan-retakan. Retakan-retakan yang sudah mulai timbul pada
titik Ultimate Stress akan semakin bertambah besar dan akhirnya benda
uji akan patah pada titik Fracture Stress.
BAB
V
KESIMPULAN
Setiap material atau bahan mempunyai kekuatan tarik
maksimum yang berbeda terhadap pembebanan mekanis yang dilakukan pada perilaku
material tersebut.
Dari
hasil pengujian diketahui bahwa specimen yang diuji, yakni baja ST 42 memiliki
mechanical properties sebagai berikut:
a. Yield
point sebesar, 51.62
(kg/mm2)
b. Modulus
elastic bahan, 97.807
(kg/mm2)
c. Kekuatan tarik maksimum (UTS), 64.273 (kg/mm2)
Nilai-nilai
di atas didapatkan dari grafik tegangan-regangan baja ST 42 berikut.
DAFTAR PUSTAKA
Novyanto, Okasatria “Mengenal Pengujian Tarik” (Online)http://okasatria.blogspot.com/2008/02/pengujian-tarik.html
Yuwono,
A. Herman “Buku Panduan Praktikum Karakterisasi Material 1pengujian Merusak
(Destructive Testing)”
(Online)http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/203f21941a45967f2725262fb729753931ce61b8.pdf
0 Response to "Laporan Uji Tarik ( Metalurgi Fisik )"
Post a Comment